menebar kesejukan islam

Jumat, 11 September 2015

part four matan abu syja'

Nama Kitab : Syarah matan abu syuja’
Kategori :Kitab fikih madzhab imam syafi’i rohimahullah
Muallif :Muhammad bin Hasan Abdul Ghoffar
Penerjemah : Hindra Kurniawan
Situs asli : www:islamweb.net
Part : four



Bismillahirrohmanirrohim, alhamdulillahirobbil’alamin, washallallah ‘ala Muhammadin wa alihi wa ashhabihi ajma’in amma ba’du.

PONDASI DASAR MADZHAB IMAM ASY-SYAFI’I ROHIMAHULLAH


Imam Asy-Syafi’I Rohimahullah membangun pondasi madzhabnya di atas Kitab Allah Ta’ala yang mana itu adalah sumber hukum yang pertama, yaitu Al-Kitab (suatu) mukjizat yang Alla Ta’ala berfirman di dalamnya, dan malaikat Jibril ‘alaihis salam mendengarnya dan turun kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam, dan Al-Kitab ini adalah cahaya bagi setiap orang yang menginginkan keselamatan (di dunia dan akherat).


1)(pondasi dasar madzhab) Imam Imam Asy-Syafi’I Rohimahullah (yang pertama adalah) mengambil dzhohir Al-Quran selama tidak datang padanya qorinah (tanda-tanda) yang memalingkan dari yang dzhohir kepada Almaul (yang dipalingkan). Dan ini sangat jelas sekali dalam masalah yang membatalkan wudlu dari menyentuh wanita. Sungguh Allah Ta’ala berfirman:
{أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً} [النساء:43]
(…Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air) atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air,( maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci)…) (QS.An-Nisa’:43)
Sahabat Ibnu ‘Abbas Rodliallahu’anhuma mengatakan: (telah menyentuh perempuan) itu artinya adalah Jima’ (hubungan suami istri), dan itu adalah kinayah (majas penghalus) dan ini termasuk adab Al-Quran, akan tetapi Imam Asy-Syafi’I Rohimahullah berkata: ini menyelisihi dzohirnya, dasar (madzhab) kita bahwa kita mengambil dari dzhohirnya, dan qiroah sab’ah (telah menyentuh perempuan ) bertentangan dengan dzhohir ini. Oleh karena itu imam Asy-Syafi’I mengambil dhzohirnya Al-Quran selama tidak ada Qorinah (tanda-tanda) yang memalingkannya. Dan inilah dasar pertama madzhab imam Asy-Syafi’I rohimahullah (sehingga dalam madzhab beliau yang qodim menyentuh perempuan membatalkan wudlu).

2)pondasi dasar (madzhab beliau) yang kedua adalah Assunnah, dan ini adalah qorinah (tanda-tanda) bagi pondasi yang pertama. Dan beliau rohimahullah mengambil sunnah nabi shallallahu’alaihi wasallam yang sohih, dan sungguh beliau terkenal dengan perkataanya:
 كل قول لي رأيتم قول رسول الله صلى الله عليه وسلم يخالفه فاضربوا بقولي عرض الحائط، وخذوا بقول النبي صلى الله عليه وسلم.
Semua perkataanku (timbanglah dengan) sabda rosulullah shallallahu’alaihi wasallam, jika engkau melihat (perkataanku) menyelisihinya maka campakkannlah perkataanku ke dinding, dan berpegang teguhlah dengan sabda nabi shallallahu’alaihi wasallam.
Dan beliau juga terkenal dengan perkataannya:

 إذا صح الحديث فهو مذهبي.
Jika (engkau menemukan ada) hadits yang sohih (ketahuilah) itu adalah madzhabku

Dan Imam Baihaqi Rohimahullah jika menemukan hadits sohih berseberangan dengan pendapat imam Asy-Syafi’I, maka dia mengatakan: (haditd sohih) ini adalah madzhab Asy-Syafi’I, karena dia berkata: Jika (engkau menemukan ada) hadits yang sohih (ketahuilah) itu adalah madzhabku.


3)Pondasi dasar madzhab beliau yang ketiga adalah: Ijma’ Ummah/ulama’ (consensus/kesepakatan bersama para ulama’).
Karena ulama tidak akan mungkin sepakat dalam kesesatan. dan dalam madzhab imam Asy-Syafi’I dan madzhab imam Ahmad tentang Ijma’ ada yang perlu dikritisi.

Syaikh Al-Albani rohimahullah seorang ahlul ijtihad (mujtahid) sunnah, seorang ahli hadits yang (sangat pakar) pada zaman ini beliau berkata:

إن الذهب المحلق لا يجوز لبسه
Sesungguhnya emas yang melingkar (cincin, gelang, kalung) tidak boleh dipakai (meskipun oleh perempuan)
Dan pendapat beliau ini bertentangan dengan Ijma’, (consensus ulama salaf) dan (syaikh Al-Albanni rohimahullah dalam masalah haramnya memakai perhiasan emas bagi wanita) berkata dengan perkataan imam Ahmad Rohimahullah yang masyhur, yang diambil dari imam Asy-Syafi’i

وما يدريك لعل الناس قد اختلفوا؟!
Tahukah kamu barangkali manusia (para ulama’) telah berselisih pendapat?.

Dan ijma’ (kesepakatan ulama’) itu sangat jarang sekali, akan tetapi Al-Imam Asy-Syafi’I berkata: jika ada (ijma’) maka kami mengambilnya, dan ijma’ itu (dasar yang) sangat kuat sekali kecuali pada zaman sahabat rodliallahu’anhum, dan pada zaman tabi’in rohimahumullah, dan setelah zaman mereka (tabi’in) tersebarlah jalan (penuntut ilmu) dan banyaklah para ahli fiqih dan ulama’, maka menjadi sulit untuk mendapatkan Ijma’.


4) pondasi dasar yang ke empat adalah Al-Qiyas, dan Qiyas dalam (madzhab) beliau seperti perumpamaan memakan bangkai dalam keadaan darurat (hampir mati kelaparan), dan beliau tidak berluas-luas dalam menetapkan Al-Qiyas.

Al-Istihsan (Anggapan baik dalam timbangan akal) tidak dimasukkan dalam bab Qiyas dalam madzhan imam Asy-Syafi’i. (adapun) sebagian yang (lain) dari para ulama memasukkan Al-Istihsan (ini) ke dalam bab Al-Qiyas. Dan imam Asy-Syafi’I tidak berpendapat dengan Al-Istihsan, dan itu (yang dimaksud) adalah Al-Istihsan almutlak, dan imam Asy-Syafi’I berkata:


 من استحسن فقد شرع.
Barang siapa yang (memakai Al-Istihsan/menetapkan hukum dengan pertimbangan akal) maka sungguh dia telah membuat syariat (baru).

Dan juga imam Asy-Syafi’I rohimahullah berpendapat (dalam madzhab yang baru) dengan perkataan sahabat rodliallahu’anhu, (meskipun banyak) bertentangan dengan pegangan pondasi dasar madzhab (yang lama). Dan yang benar adalah:

 أن قول الصاحب حجة إن لم يخالفه أحد؛ ولذلك كان يقول الشافعي: هذا إجماع سكوتي.
Sesungguhnya perkataan sahabat rodliallahu’anhu adalah hujjah, jika tidak ada seorangpun (diantar mereka) yang menyelisihinya, oleh karena itu imam Asy-Syafi’I berkata: ini adalah Ijma’ Sukuti (sesuatu yang disepakati para sahabat dengan diamnya mereka rodliallahu’anhum)

Dan ini lah pondasi dasar madzhab imam Asy-Syafi’I, sangat jelas kekuatan madzhab ini di dalam pondasi dasarnya.

)FAIDAH TAMBAHAN DARI PENERJEMAH: Barang siapa membaca dan merenungkan Al-Quran dan diberi kefahaman maka dia menjadi melihat (memahami) agamanya, dan taufiq /kemampuan mengamalkan itu kerena pertolongan Allah
Dan ilmu itu tidak diambil dengan mudah dan segera akan tetapi diambil dengan sebab-sebab yang sebagian ulama menyebutkan dalam perkataan mereka:
أخي لن تنال العلم إلا بستة ... سأنبيك عن تفصيلها ببيان
saudaraku, ilmu itu tidak akan pernah didapatkan kecuali dengan enam perkara saya akan menjelaskan perinciannya dengan jelas:
ذكاء وحرص واجتهاد وبلغة ... وإرشاد أستاذ وطول زمان
(yaitu) kecerdasan (tidak ediot), keseriusan (sangat berkeinginan akan ilmu), kesungguhan, bekal (biaya), petunjuk guru, dan waktu yang lama.

Dan yang (pemberian yang) paling besar dari enam ini adalah: orang yang diberi rizki oleh Allah berupa kefahaman dan Dan hafalan (penjagaan ilmu), dan (kemauan untuk) melelahkan dirinya dalam memperolehnya (ilmu).
Dialah (Allah) yang memberikan taufiq kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, sebagaimana firman Allah ta’ala:
{…وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيماً}
…Dan (Dia) telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. (QS. AnNisa’:113)
والجهل داء قاتل وشفاؤه ... أمران في التركيب متفقان
Dan kebodohan itu penyakit yang mematikan, dan obatnya adalah dua hal yang berurutan yang para ulama menyepakatinya.
نص من القرآن أو من سنة ... وطبيب ذاك العالم الرباني
(obatnya adalah) Nas dari Al-Quran atau dari Sunnah, dan dokter dari penyakit itu adalah ulama’ robbani.
Sumber :kitab: mausu’ah tauhid robbil ‘Abiid, kumpulan tulisan para ulama besar, juz 7 hal 284)


If you want to read the part three please go to this website….http://hiida.blogspot.co.id/2015/09/matan-abu-syjapart-three.html?ym=1

Allahummanfa’na ma ‘allamtana, wa’allimna ma yanfa’una, wala taj’alid dunya akbaro hammina, amin.
Washallallah ‘ala Muhammad, walhamdulillahirobbil ‘alamin
Tobe Continue part five insya Allah… KAIDAH-KAIDAH DALAM FIQIH IMAM ASY-SYAFI’I ROHIMAHULLAH

 part four ujian matan abu syuja'
Ijinkanlah saya memberikan beberapa pertanyaan, yang sudah faham sudilah kiranya menjawab untuk memberikan faedah kepada yang belum faham, satu orang hanya boleh menjawab satu pertanyaan.
1)Apakah Pondasi dasar madzhab imam Asy-Syafi’I rohimahullah yang pertama? Jelaskan.
2)Imam Asy-syafi’I Rohimahullah dalam madzhabnya berpendapat bahwa menyentuh perempuan membatalkan wudlu berdasarkan dalil: QS.Annisa’:43 “..atau kamu telah menyentuh perempuan…” Jelaskan mengapa dalam masalah ini pendapat imam Asy-syafi’I bertentangan dengan pendapat sahabat Ibnu ‘Abbas rodliallahuanhuma?
3)Apa pondasi dasar madzhab Imam Asy-Syafi’I rohimahullah yang kedua?
4)Apa nasehat imam Asy-Syafi’I rohimahullah kepada kita apabila kita menemukan pendapat beliau bertentangan dengan hadits sohih?
5)Mengapa imam baihaqi rohimahullah ketika mendapatkan hadits sohih beliau mengatakan ini madzhabnya imam Asy-Syafi’I rohimahullah?
6)Apakah pondasi dasar madzhab imam Asy-Syafi’I rohimahullah yang ke tiga? Jelaskan.
7)Syaikh Al-Albani rohimahullah berpendapat haramnya memakai perhiasan emas bagi wanita, sedangkan jumhur ulama membolehkannya. Syaikh dalam masalah ini berpegang dengan perkataan siapa? Sebutkan perkataan tersebut.
8)Mengapa setelah zaman tabi’in rohimahumullah Ijma’ menjadi sulit ditemukan?
9)Apa pondasi dasar madzhab imam Asy-Syafi’I rohimahullah yang ke empat? Dan perumpamaan pondasi ini seperti apa?
10)Apakah imam Asy-Syafi’I rohimahullah berluas-luas dalam pondasi madzhabnya yang ke empat?
11)Apakah Al-Istihsan itu?
12)Apa pendapat imam Asy-syafi’I rohimahullah terhadap orang yang istihsan?
13)menurut imam Asy-Syafi’I, Kapan perkataan seorang sahabat rodliallahu’anhu disebut sebagai “ijma’ sukuti”?
14)apakah ilmu bisa diperoleh dengan segera?
15)sebutkan enam sebab agar seseorang bisa mendapatkan ilmu?
16)sebutkan pemberian Allah yang terbesar dari enam hal tersebut?
17) sebutkan bunyi atau terjemahan surat An-Nisa’:113, bahwa Allah lah yang memberi ilmu!
18) para ulama mengkiaskan kebodohan itu dengan apa?
19) para ulama mengkiaskan obat kebodohan itu dua hal apa itu?
20)dalam kias para ulama’ siapakah yang disebut dengan dokter bagi kebodohan?

Tidak ada komentar: