menebar kesejukan islam

Senin, 24 Agustus 2015

part one matan abu syuja'

Nama Kitab : Syarah matan abu syuja’
Kategori :Kitab fikih madzhab imam syafi’i rohimahullah
Muallif :Muhammad bin Hasan Abdul Ghoffar
Penerjemah : Hindra Kurniawan
Situs asli : www:islamweb.net
Part : one

Bismillahirrohmanirrohim, alhamdulillahirobbil’alamin, washallallah ‘ala Muhammadin wa alihi wa ashhabihi ajma’in amma ba’du.

Pendahuluan
Ilmu fikih merupakan ilmu yang paling mulia, (Nabi shalallahu’alaihi wasallam bersabda dalam riwayat imam Bukhori Muslim: )
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
dan barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan (baginya) maka Allah akan menjadikannya pandai dalam agama.

Dan sungguh Allah telah mentakdirkan menjaga ummat ini (dengan) ahli fikih dari empat imam, mereka seperti bintang yang menerangi mereka. Mereka adalah imam Abu Hanifah, imam Malik, imam Syafi’i dan imam Ahmad rohimahumullah.
Dan setiap madzhab mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki yang lainnya, dan imam syafi’I telah mengumpulkan antara madrasah ahlul hadits dan madrasah ahlul rokyi (para pemikir). Dan beliaulah yang pertama meletakkan dasar ilmu usul fiqih, maka madzhabnya menjadi yang paling kuat dan paling luas.


Pentingnya Ilmu Fiqih
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهدي الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له.
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} [آل عمران:102].
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا} [النساء:1].
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا} [الأحزاب:70 - 71].
أما بعد: فإن أصدق الحديث كتاب الله، وأحسن الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم، وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار.

Ilmu fikih adalah ilmu yang paling mulia, al imam Ibnu aljauzi rohimahullah berkata:
Umur itu pendek dan ilmu itu banyak, maka seyogyanya yang pertama ditekuni oleh seseorang adalah apa yang memberi manfaat baginya, dan ilmu yang paling bermanfaat pada masa ini adalah ilmu fiqih dan cukuplah bagi kalian (dalil bahwa) Allah yang maha Tinggi menyebutkan dalam kitabnya yang mulia:
{لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ} [الأنعام:65]
“mudah-mudahan mereka fakih (memahami ilmu agama)” (qs.Al-An’am:65)

Dan nabi shallallahu’alaihi wasallam membangaun bangunan yang dasar dalam menghafal hadits dan memahaminya dan bersabda:
(نضر الله امرءاً سمع مقالتي فوعاها فأداها كما سمعها، فرب حامل فقه إلى من هو أفقه منه، ورب حامل فقه ليس بفقيه)
Allah menyukai kepada seseorang yang mendengar perkataanku dan memahaminya dan dia menyampaikannya sebagaimana dia mendengarnya, maka betapa banyaknya orang yang hafal ilmu fikih belajar kepada yang lebih faqih, dan betapa banyak orang yang hafal ilmu fikih tetapi dia bukan orang faqih.
Syaikh islam Ibnu Taimiyyah berkata: “jika datang kepadamu sebuah hadits maka bagimu ada dua jalan: 1) memastikan sanadnya benar (sohih), dan 2) pahami matannya (isinya)

Sekilas Sejarah Perkembangan ilmu fikih

(Masa Para Sahabat Rodliallahu’anhum)
Ilmu fikih muncul (pertama kali) ketika para sahabat Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam bersama Rosulullah mempelajari hadits dan memikirkan apa yang beliau katakan, dan berusaha memahami hukum seputar hadits tersebut. Dan banyak dari para sahabat yang pandai di dalam ilmu fikih, dan penghulunya adalah: 1) Abu Bakar rodliallahu’anhu, 2) Umar rodliallahu’anhu alfaqih yang kokoh dan ahli hadits, 3) Zaid bin Tsabit rodliallahu’anhu, 4) Ibnu ‘Abbas rodliallahu’anhu, 5) Abdullah bin Mas’ud alfaqih, ahlul qiroah, alhafidz rodliallahu’anhu, dan 6) Abu Musa Al-‘Asy’ari rodliallahu’nhu dan yang lainnya.

Dan Umar bin alkhottob rodliallahu’anhu menjelaskan kepada kita kedudukan ilmu fiqih di dalam islam ketika menulis surat kepada Abu Musa Al-‘Asy’ari, berkata:
الفهم الفهم فيما يأتيك، واحذ حذوا الكتاب والسنة.
Yang disebut dengan mengerti adalah mengerti terhadap apa yang mendatangimu (Nas al-Quran dan al-Hadits, dan orang yang mengikuti (suatu jalan) ikutilah Al-Quran dan Assunnah.

Assunnah (hadits) itu seperti Al-Quran dalam Pendalilan, akan tetapi tidak sepertinya dalam kedudukan dan ketinggiannya, Al-Quran jelas lebih tinggi kedudukannya, kemudian alhadits alqudsi (firman Allah dalam hadits), kemudian alhadits an-nabawi (ucapan perbuatan dan pembenaran beliau shallallahu’alaihi wasallam).

Dan orang yang fakih pada zaman nabi shallallahu’alaihi wasallam, mereka ahli baca (sekaligus hafal) alquran dan hafal hadits.Dan para sahabat rodliallahu’anhum adalah para ulama, betapa banyak di antara mereka mendalam dalam ilmu fikih, diantara mereka ahli fikih madinah yang tujuh (yang sangat terkenal):

Imam Sa’id bin al-Musayyib (beliau ini disifati oleh imam Ahmad sebagai paling berilmunya dari para tabi’in/masa setelah sahabat)
Imam ‘Urwah bin Zubair
Imam Sulaiman bin Yasar
Imam ‘Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud
Imam Khorijah bin Zaid
Imam Al-Qosim bin Muhammad
(ulama berbeda pendapat) antara Imam Abu salamah bin Abdurrahman bin ‘Auf atau Imam Salim bin Abdullah
Mereka itulah tujuh Ahli fikih madinah, apabila mereka sepakat tentang suatu masalah maka selesai pembahasannya,dan tidak ada seorangpun yang (berani) membahas tentang masalah tersebut selain mereka bertujuh.

(Masa Tabi’in Rohimahumullah)
Kemudian diteruskan para ahli fikih yang masih berada pada masa terbaik pertama seperti:
Imam Al-Hasan Al-Basri rohimahullah (beliau seorang ahli pemberi nasehat, seorang Qodhi, Faqih, Mufti, sebagian ulama mengatakan: Perkataan Alhasan (AlBasri) mirip dengan perkataan para nabi. Dan madzhabnya vakum karena sebab para penganutnya tidak (membawanya/tidak lihai dalam menyebarkannya), dan tidaklah suatu madzhab itu vakum kecuali masalahnya pada para penganutnya (dalam kelihaian menyebarkan), jika tidak, maka ilmu dan hikmah mereka akan memenuhi dunia. dan diantara mereka adalah
Imam ‘Amir bin Syarahil Assya’bi rohimahullah, beliau ini seorang yang fakih, ahli hadits hafal hadits-hadits nabi shallallahu’alaihi wasallam, dan madzhabnya tidak tersebar karena para pemiliknya tidak (membawanya/tidak lihai dalam menyebarkannya). Dikisahkan dalam satu riwayat ada seseorang yang berdusta atas hadits nabi shallallahu’alaihi wasallam dengan mengatakan (di depan orang-orang):
أن الله سينفخ في صورين
bahwa Allah akan meniup dua sankakala,
maka kemudian Assya’bi berdiri di tengah-tengah kerumunan dan berkata: takutlah kepada Allah bagaimana bisa kamu berdusta atas Rosulullah? Dari mana kamu mendatangkan hadits ini? Dan berkata atau kau akan membantahku wahai anaknya ini! Dan mencelanya dengan celaan yang sangat dan melepas sandalnya dan memukulnya dengan sandal itu, lalu orang-orang pun ikut (memukulinya dengan sandal mereka). Maka tidak ketinggalan seorangpun (yang ada di sana) kecuali melepas sandalnya dan memukul pada wajah (orang tersebut). Dan dia berkata: saya tidak tahu (beda letak) wajah saya dari tengkuk saya. Dan mereka tidak meninggalkan aku sampai aku bersumpah
أن الله سينفخ في سبعين صوراً!
bahwa Allah akan meniup di dalam 70 sangkakala. dan termasuk dari ahli fikih yang madzhabnya tidak tersebar (vakum) adalah
Imam Al-Auzza’I rohimahullah adalah orang paling alimnya ulama Syam, dia adalah fakih ahli atsar yang mempunyai kecerdasan, dan madzhabnya menyebar di Syam dan Andalusia, akan tetapi ketika tersebar nya madzhab imam Malik rohimahullah maka berhentilah madzhan Al-Auza’I (ini). Dan banyak madzhab dari ahli fikih (yang lain) seperti
Imam Allaits bin Sa’d rohimahullah (beliau adalah sosok) kebanggaan masyarakat Mesir, dia tsiqoh, tepat dalam riwayat, hafidz (hafal ribuan hadits). Dan (dikisahkan) terjadi perdebatan panjang antara Imam Allaits dengan imam Malik rohimahumallah dalam permasalahan mana yang harus didahulukan antara perbuatan penduduk madinah ataukah hadits ahad (hadits yang diriwayatkan hanya satu orang). Dan termasuk ahli fikih generasi salaf adalah
Imam Daud Adzdzohiri rohimahullah, dan mandzhab beliau ini madzhab yang sangat kuat dan beliau ini dilahirkan setelah zamannya Assya’bi, hanya saja beliau ini menolak pendapat imam syafi’I dalam masalah Qiyas, dan beliau mengingkari Qiyas secara total (dalam pendalilan) , dan madzhab yang paling lemah adalah mandzhab Daud Adzdzohiri ini, dan madzhab beliau ini tidak menyebar (vakum), sampai ada yang meneruskannya yaitu Imam Ibnu Hazm Faris almaidan, oleh karena itu sampai sekarang masih ada madzhab Adzohiriyyah dalam kitabnya al Muhalla karangan imam Ibnu Hazm rohimahullah. Dan diantara ahli fikih yang madzhabnya fakum adalah
Imam Sufyan Atsauri rohimahullah, beliau adalah sahabat dekat imam Abu Hanifah, dia tsiqoh (terpercaya), tsabit (tetap hafalan haditsnya) hafidz (hafal ribuan hadits), ketika imam Abu Hanifah memasuki majlisnya maka dia (meliahat) penuh dengan para penuntut (ilmu) hadits. Maka (Imam Sufyan) Atsauri berdiri dari tempatnya (mengajar) dan mendudukkan imam Abu Hanifah pada tempat dia duduk (mengajar), dan teman-temannya (murid-muridnya) mencurigai (buruk sangka), Dan bagi (sebagian) ahli hadits tersebar isu bahwa ada Pada diri imam Abu Hanifah ada kelemahan, disebabkan karena lemahnya Dalam hadits, juga (tersebar isu) lemahnya madzhab (beliau) dalam masalah keimanan. Maka Atsauri mengakatakan (di depan para muridnya):
إن لم أقم لعلمه، قمت لسنه
jika saya tidak berdiri karena ilmunya maka aku berdiri karena umurnya,
dan dia ( iama Sufyan Atsauri) mengetahui kadar kebesaran (ilmu) beliau. demikian (sebaliknya) imam Abu Hanifah mengetahui (kadar) kebesaran Imam Sufyan Atsauri.
Dan Imam Sufyan Atsauri berbeda pandangan dengan imam Abu Hanifah dalam masalah Qiyas dan peran Akal (dalam berhujjah), dan dia (Imam Abu Hanifah) banyak mengambil atsar dan menggigitnya dengan gigi geraham (berpegang teguh dengannya), adapun (imam Sufyan) Atsauri tidak terlihat darinya suatu perkataan dalam masalah fikih kecuali di dalam kitab-kitab fikih, dan dia tidak mempunyai madzhan tersendiri

Allahummanfa’na ma ‘allamtana, wa’allimna ma yanfa’una, wala taj’alid dunya akbaro hammina, amin.
Washallallah ‘ala Muhammad, walhamdulillahirobbil ‘alamin
Tobe Continue insya Allah…

Tidak ada komentar: